Kedudukan Wahyu Dan Akal Dalam Islam
Kedudukan antara wahyu dalam islam sama-sama
penting. Karena islam tak akan terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun
akal. Dan kedua hal ini sangat berpengaruh dalam segala hal dalam islam. Dapat
dilihat dalam hukum islam, antar wahyu dan akal ibarat penyeimbang. Andai
ketika hukum islam berbicara yang identik dengan wahyu, maka akal akan segerah
menerima dan mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai akan suatu tindakan
yang terkena hukum tersebut.karena sesungguhnya akal dan wahyu itu memiliki
kesamaan yang diberikan Allah namun kalau wahyu hanya orang-orang tertentu yang
mendapatkanya tanpa seorangpun yang mengetahu, dan akal adalah hadiah terindah
bagi setiap manusia yang diberikan Allah.
Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat
mulia. Meski demikian bukan berartiakal diberi kebebasan tanpa batas dalam
memahami agama. Islam memiliki aturan untuk menempatkan akal sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang sehat
akan selalucocok dengan syariat islam dalam permasalahan apapun. Dan Wahyu
baik berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari Allah SWT, pribadi NabiMuhammad SAW yang menyampaikan wahyu ini,
memainkan peranan yang sangat penting dalam turunnya wahyu. Wahyu mmerupakan perintah yang berlaku umum atas
seluruh umat manusia, tanpamengenal ruang dan waktu, baik perintah itu
disampaikan dalam bentuk umum ataukhusus.Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal,
bahkan iasejalan dengan prinsip-prinsip akal. Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap,
tidak terpisah-pisah.Wahyu itu
menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia. baik perintah maupun larangan. Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan
as-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup
panjang.
Akal
dan wahyu adalah suatu yang sangat urgen untuk manusia, dialah yang memberikan
perbedaan manusia untuk mencapai derajat ketaqwaan kepada sang kholiq, akal pun
harus dibina dengan ilmu-ilmu sehingga mnghasilkan budi pekrti yang sangat
mulia yang menjadi dasar sumber kehidupan dan juga tujuan dari baginda
rasulullah SAW.
Semua
aliran juga berpegang kepada wahyu , dalam hal ini yang terdapat pada aliran
tersebut adalah hanya perbedaan dalam intrpretasi. Mengenai teks ayat-ayat
Al-Qur’an dan hadits, perbedaan dalam interpretasi inilah, sebenarnya yang
menimbulkan aliran-aliran yang berlainan itu tentang akal dan wahyu. Hal ini
tak ubahnya sebagai hal yang terdapat dalam bidang hukum Islam atau fiqih.
A. Karakteristik Wahyu
1. Wahyu baik berupa
Al-qur’an dan Hadits bersumber dari tuhan, Pribadi nabi Muhammad yang
menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan yang sangat penting dalam turunnya
wahyu.
2. Wahyu mmerupakan perintah
yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu,
baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum atau khusus.
3. Wahyu itu adalah nash-nash
yang berupa bahasa arab dengan gaya ungkap dan gaya bahasa yang berlaku.
4. Apa yang dibawa oleh wahyu
tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan
prinsip-prinsip akal.
5. Wahyu itu merupakan
satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah-pisah.
6. Wahyu itu menegakkan hukum
menurut kategori perbuatan manusia. baik perintah maupun larangan.
7. Sesungguhnya wahyu yang
berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang
waktu yang cukup panjang.
B. Pentingnya Akal
1.
Akal menurut pendapat Muhammad Abduh adalah sutu daya yang hanya dimiliki
manusia dan oleh karena itu dialah yang memperbedakan manusia dari mahluk lain.
2.
Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang mendasar terhadap kelanjutan
wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar dan sumber kehidupan
dan kebahagiaan bangsa-bangsa.
3.
Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau
tidak didasarkan akal iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat
dan akalah yang menjadi sumber keyakinan pada tuhan.
C. Kekuatan akal
1.
Mengetahui tuhan dan sifat-sifatnya.
2.
Mengetahui adanya hidup akhirat.
3.
Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan
berbuat baik, sedang kesngsaran tergantung pada tidak mengenal tuhan dan pada
perbuatan jahat.
4.
Mengetahui wajibnya manusia mengenal tuhan.
5.
Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia mnjauhi perbuatan
jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
6.
Membuat hukum-hukum mengenai kwajiban-kwajiban itu.
D. Kekuatan wahyu
1.
Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2.
Membuat suatu keyakinan pada diri manusia
3.
Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar